UJIAN AKHIR SEMESTER SOSIOLOGI PERIKANAN
IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
NELAYAN PENGOLAH DI DAERAH AMBON
Oleh:
Nihlah Chalidah
12/336705/PN/13045
Teknologi Hasil Perikanan
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
NELAYAN PENGOLAH DI DAERAH AMBON
PENDAHULUAN
Pemberdayaan
adalah suatu isu yang muncul dalam pendekatan pembangunan ketika masyarakat
marginal memerlukan bantuan proses penguatan ekonomi dan sosial dalam konteks
kesejahteraan hidup masyarakat. Istilah pemberdayaan saat ini telah demikian
popular sebagai suatu pendekatan yang dilakukan pemerintah maupun LSM. Di
Indonesia istilah pemberdayaan pada mulanya digunakan LSM untuk memperkuat
masyarakat baik secara sosial, ekonomi dan politik agar dapat merubah dan
memperbaiki posisi mereka ketika berhadapan dengan kelompok yang kuat secara
sosial. Inti dari pemberdayaan adalah bagaimana masyarakat marginal tertentu
mempunyai posisi tawar sehingga menjadi pelaku proses pembangunan yang
partisipatif dan aktif dan bukan hanya sebagai objek pembangunan.
Dalam isu pemberdayaan
ini tidak terlepas juga konteks pemberdayaan perempuan yang menjadi isu
tersendiri dalam kajian perempuan dan pembangunan. Program pemberdayaan
perempuan di Indonesia pada hakekatnya telah dimulai sejak tahun 1978. Dalam
perkembangannya upaya dalam kerangka pemberdayaan perempuan ini secara kasat
mata telah menghasilkan suatu proses peningkatan dalam berbagai hal. Seperti
peningkatan dalam kondisi, derajat, dan kualitas hidup kaum perempuan di
berbagai sektor strategis seperti bidang pendidikan, ketenagakerjaan, ekonomi,
kesehatan dan keikutsertaan ber-KB. Peningkatan dalam proses pemberdayaan tidak
serta merta merubah dalam pola relasi gender antara laki-laki dan perempuan.
Apalagi kalau kita berbicara bahwa pemberdayaan perempuan terutama pemberdayaan
ekonomi yang diasumsikan menaikkan posisi tawar dengan relasi sosial dengan
laki-laki.
Pembangunan
pemberdayaan perempuan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional,
karena sebagai sumber daya manusia, kemampuan perempuan yang berkualitas sangat
diperlukan. SDM yang berkualitas merupakan kunci bagi produktivitas nasional
dan bagi penguatan daya saing bangsa di bidang ekonomi maupun sosial di era
globalisasi yang semakin kompetitif saat ini. SDM yang berkualitas diharapkan
memahami dan mampu mengelola sumber daya alam secara bertanggung jawab serta
mendayagunakan prasarana pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat. Kondisi
kualitas hidup perempuan di Indonesia, terutama perempuan nelayan masih rendah
dan tergolong miskin. Kondisi tersebut diantaranya ditandai dengan
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar (papan, sandang dan papan), ketiadaan
akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi,
air bersih dan transportasi) dan ketiadaan jaminan masa depan (Suharto, 2005).
Secara fakta
fungsi pendidikan, partisipasi perempuan yang total di sektor domestik maupun
publik sangat menentukan dalam peningkatan kualitas generasi penerus dan
peningkatan kualitas relasional dengan suami maupun dengan masyarakat luas.
Dalam tulisan ini akan lebih lanjut membahas pemberdayaan perempuan dalam
konteks nelayan pengolah sumberdaya ikan.
Pemberdayaan
perempuan nelayan pengolah inilah merupakan salah satu yang ditangani oleh Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BPPP) Ambon. BPPM
Ambon mempunyai misi mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten mengelola dan
memanfaatkan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan berkelanjutan dan
mempunyai nilai tambah dan daya saing.
PEMBAHASAN
Wilayah
perairan kota Ambon memiliki sumberdaya
perikanan yang sangat potensial ditinjau dari besaran stok maupun peluang
pemanfaatan dan pengembangannya. Wilayah perairan laut Kota Ambon memiliki
salah satu komoditi perikanan tergolong potensial untuk dikembangkan yaitu
sumberdaya ikan demersal, komoditi perikanan penting ini tersebar diseluruh
wilayah ekologis perairan pesisir dan laut Kota Ambon.
Perairan
kota Ambon memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat diandalkan. Di
Maluku, produksi perikanan darat pada tahun 2009 adalah 407,7 ton dengan
komoditi utama berupa Udang Windu (Paneus monodon) dan Kepiting Bakau
yang dibudidayakan di Kecamatan Seram Utara. Lahan yang sudah dimanfaatkan
adalah 763,5 Ha dari lahan seluas 20.000 Ha. Untuk potensi perikanan laut,
seperti Ikan Tuna (Thunnus sp.) pada tahun 2009, produksi mencapai
4.303,4 ton. Ikan Cakalang (Katsuwanus pelamis) pada tahun 2009,
produksi mencapai 15.254,5 ton. Ikan Layang (Decapterus macrosoma) pada
tahun 2009 mencapai 5.637,9 ton. Ikan Tongkol pada tahun 2009 mencapai 12.137,4
ton. Ikan Kerapu (Ephinephelus sp.) pada tahun 2009 mencapai 1.923,8
ton. Ikan Kakap (Lutjanus sp.) pada tahun 2009 mencapai 337,7 ton. Ikan
Lencam (Lethrunus nebulosus) pada tahun 2009 mencapai 1.235,8 ton. Siput
Mutiara (Pinctada maxima) pada tahun 2005 produksinya mencapai 8.057
gram (anakan) dengan memanfaatkan lahan 32,0 Ha atau 4,5% dari potensi lahan
yaitu 715,3 Ha. Kepiting Bakau produksinya mencapai 22,8 ton pada tahun 2005.
Rumput Laut produksinya mencapai 150 kg pada tahun 2005 dengan memanfaatkan
lahan 29 Ha dari potensi lahan 977,9 Ha. Serta Lobster yang produksinya
mencapai 57 ton pada tahun 2005. Untuk potensi nelayan, jumlah nelayan yang ada
kurang lebih 21.478 dengan berbagai jenis usaha yaitu penangkapan ikan,
budidaya, dan pengolahan hasil perikanan. Jumlah armada penangkapan sampai
tahun 2005 adalah 14.220 unit yang terdiri dari perahu tanpa motor 11.074 unit,
perahu dengan motor tempel 2.856 unit dan kapal motor 290 unit. Alat tangkap
yang dipakai antara lain pancing tangan, bagan, rumpon, pancing tonda, huhate,
jarring, bubu, dan keramba (BKPMD Maluku, 2013).
Dengan potensi kelautan dan
perikanan yang ada, Nuriatin Ketua
P2MKP Wanita Pesisir mengatakan, sampai saat ini peran perempuan di bidang
perikanan khususnya pengolahan hasil perikanan di Kota Kendari masih sangat
minim. Masih banyak para perempuan nelayan baik pengolah maupun pedagang yang
belum memliki pengetahuan dan kompetensi untuk mengolah hasil kelautan dan
perikanan yang ada.
Melihat kenyataan kurangnya peran perempuan yang ada di Ambon
dan sekitarnya di bidang perikanan, BPPM
Ambon yang mempunyai misi mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten mengelola dan
memanfaatkan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan berkelanjutan dan
mempunyai nilai tambah dan daya saing bekerjasama
dengan Pusat Pelatihan
Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Wanita Pesisir melaksanakan program
pemberdayaan perempuan melalui pelatihan Diversifikasi Pengolahan Ikan dan
Rumput Laut. Pelatihan ini digelar di P2MKP Wanita Pesisir di Jalan Bhayangkara
Bahari Kelurahan Poasia Kecamatan Abeli Kota Kendari. Pelatihan diselenggarakan
selama empat hari mulai tanggal 10-13 April 2013 diikuiti oleh 20 peserta (dua
angkatan) yang pesertanya adalah usaha pemula bidang pengolahan ikan dan rumput
laut yang berasal dari Kelurahan Poasia Kecamatan Abeli Kota Kendari.
Dengan program pemberdayaan perempuan nelayan ini diharapkan
peran perempuan di bidang perikanan bisa lebih ditingkatkan terlebih dalam
pengolahan dan pemasaran aneka olahan ikan dan rumput laut, tambahnya. Melalui
pelatihan diversifikasi pengolahan ikan dan rumput laut, juga diharap seluruh
peserta pelatihan memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam pengolahan
ikan dan rumput laut, bisa dimanfaatkan untuk peningkatan ekonomi keluarga.
Dalam pelatihan ini para peserta dilatih berbagai produk
olahan yaitu abon ikan dan abon udang, mie, kue dodol dan selai rumput laut
dengan bahan baku utama berupa Ikan tuna, udang windu dan rumput laut. Ikan,
udang dan rumput laut menjadi pilihan, karena P2MKP Wanita Pesisir ini berada
di kelurahan Poasia berdekatan dengan Pelabuhan Samudra Kendari yang sering
melimpah ikan, udang dan rumput laut. Adanya pelatihan pengolahan ikan dan
rumput laut ini, diharapkan pada saat penangkapan ikan, udang dan budidaya
rumput laut melimpah, bisa diserap oleh Poklahsar untuk diolah lebih lanjut
menjadi aneka olahan ikan dan rumput laut.
Selain melakukan program pemberdayaan perempuan di Ambon,
BPPM Ambon juga turut memberikan pelatihan masyarakat pengolah ikan sentani menjadi
kerupuk dan bakso ikan di Papua untuk mendukung Program Percepatan Pembangunan Papua dan
Papua Barat (P4B).
Implementasi program pemberdayaan perempuan nelayan pengolah
di Ambon sudah berjalan dengan baik dengan adanya peran dari Balai Pendidikan dan Pelatihan
Perikanan (BPPM) Ambon serta P2MKP Wanita Pesisir. Program pemberdayaan
perempuan ini diharapkan terus berlangsung dalam pengembangan sumber daya
manusia kelautan dan perikanan, guna meningkatkan perekonomian masyarakat serta
mewujudkan visi dan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan.
REFERENSI
Ratnawati,
Susi. 2011. Model Pemberdayaan Perempuan Miskin Pedesaan Melalui Pengembangan
Kewirausahaan. Jurnal Kewirausahaan Volume 5 Nomor 2, Desember 2011. ISSN.
1978-4724.
Suharto,
E. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Refika Aditama. Bandung.
Wrihatnolo,
Randy R. 2007. Manajemen Pemberdayaan. Gramedia. Jakarta.
http://bkpmd-maluku.com. 2013. Potensi Sumber Daya Perikanan
Kabupaten Maluku Tengah. Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Propinsi Maluku.
Diakses 26 Juni 2013.
http://www.kkp.go.id. 2010.
Saatnya Menggali Potensi Kekayaan
Laut Maluku. Diakses 26 Juni 2013.
http://www.puslat.kkp.go.id. 2013. BPPP
Ambon Menggandeng P2MKP Wanita Pesisir Menyelenggarakan Pelatihan Diversifikasi
Pengolahan Ikan dan RL. Diakses 26 Juni 2013.
p.s.
I got an A in Sosiologi Perikanan, so, yeah.
No comments:
Post a Comment