Practice Makes Perfect?

Mau berkembang aja (rasa-rasanya) susah ya disini.

Salah satu tulisan di bagian bawah buku tulis Sinar Dunia* bilang kalo "Practice Makes Perfect", pesan tersebut mungkin sengaja ditulis bisa bisa tercanang pada diri sejak dini, karena tentu ini bisa diaplikasikan pada aspek kehidupan apapun manapun kapanpun siapapun. Semua itu kalo ga dilatih ya ga bakal terbiasa, kalo ga terbiasa ya ga akan bisa sempurna (iya emang ga ada yang sempurna sih, tapi sempurnanya gitulah yang dimaksud).

Pernah juga baca artikel yang isinya seputaran "Talent: something you are born with or something you develop", dijelaskan kalo yang namanya talent itu ada dua tipe. Ada yang dari sananya udah ciadu ciamik ciawaw (pastinya harus tetep dilatih juga biar ga ambyar) ada juga yang harus dicari, ditekuni dan dilatih sampe kita kuasai sampe akhirnya ke tahap ciadu ciamik ciawaw juga, yang harus pun terus berlatih biar ga ambyar.

Yah, pokoknya berlatih terus begitulah termasuk dengan kemampuan berbahasa. Pengen rasanya bisa berbahasa asing; Bahasa Inggris, Bahasa Jepang, Bahasa Thailand, Bahasa Mandarin, Bahasa Arab, Bahasa Jerman, dan bahasa lainnya.

Biar bisa lancar kita harus belajar, baca buku-buku, nonton sesuatu yang berbahasa-tujuan tersebut, cari temen yang orang lokal berbahasa-tujuan tersebut, bisa juga ikutan kelas bahasa (tapi kalo bisa sih gratis biar lebih berbahagia), yang paling utama adalah diaplikasikan langsung di dunia nyata. Pengaplikasiannya dengan ngomong pake bahasa tersebut atau nulis pake bahasa tersebut atau bahasa di handphone / laptop diganti bahasa tersebut biar terbiasa dengan huruf-hurufnya.

Kalo udah melakukan segala hal begitu niscaya kemampuan berbahasa kita (selain bahasa yang sudah dikuasai sebelumnya) bisa ciadu ciamik ciawaw.

Sayangnya, ditengah proses berlatih tersebut ada aja yang kayak gini, contoh kasus:

Seorang bernama A nulis di personal blog / status / caption / dll (ya contohnya emang tergampang yang berkaitan social media gini) pake Bahasa Inggris (atau bahasa lain), pasti akan ada orang yang seperti B, C, D, E, F, G, H, I bahkan mungkin sampai Z di kolom komentar.

B: yang artinya?
C: cieeee... jago ya sekarang
D: widih udah kayak bule
E: kalo banyak main sama orang luar mah beda
F: ajarin dong :(
G: parah ga cinta Tanah Air
H: google translate ya?
I: nulis lama-lama nyari di kamus dulu ya?
.
.
Z: lirik lagu apa nih?

Komentar-komentar yang kayak gini ini nih yang akan bikin si A jadi jiper, jadi malu, jadi ragu, jadi ga berani untuk mengaplikasikan apa yang sudah dipelajari. Ujungnya cuma dipendam dan ga bisa berkembang. Sia-sia aja apa yang sudah dipelajari. Misalnya ada situasi yang mengharuskan dia berbicara dengan bahasa (yang dia sudah pelajari dengan mantap dan cadas) bisa jadi si A malah gabisa berkata apa-apa, semata-mata karena panik dan takut dikomentari.

Kepada A, misalnya ada yang komentar kayak gitu mungkin kamu bisa berkata begini biar indeks kepercayaan diri ga menurun:

Yth. B, kalo kamu sebenernya udah tau artinya lebih baik ga usah nanya dan kalo kamu beneran ga tau artinya yuk belajar dan berlatih sama-sama biar bisa tau artinya. Yth. C, belum, belum jago tapi berhasil memahami kosakata baru dari sebelumnya. Kalo suatu saat udah jago pun sepertinya ga perlu di-cie-in. Yth. D, iya tujuan utama pengennya emang ngomong selancar mereka orang negara-tujuan-bahasa itu. Yth. E, main sama mereka adalah salah satu cara belajar, nanya-nanya udah bener atau belum, nanya penempatan pemakaian bahasanya tepat atau tidak, dan nulis pake bahasa ini juga cara untuk mengaplikasikan apa yang udah dipelajari sama mereka. Yth. F, ayo belajar dan berlatih sama-sama. Yth. G, jadi indikator cinta Tanah Air bagi kamu adalah dengan tidak berbahasa negara lain? Hmm menarik juga. Yth. H, kalo emang ga tau kadang emang pake Google Translate atau translator lainnya sih. Yth. I, iya kadang pake kamus untuk mastiin kosakata yang dipake bener penulisan dan tepat penggunaannya atau enggak. Yth. Z, yuk berlatih sama-sama biar kosakatanya ga seputaran yang ada di lirik lagu aja.

Kepada B, C, D, E, F, G, H, I, ..Z:

Janganlah kalian kayak gitu sama si A, dia ga pernah merugikan / mengganggu / minta dibayarin kalian kok, dia cuma mau berlatih biar berkembang biar bisa mencapai apa yang sudah dia targetkan. Apapun tujuan kalian misal hanya sekedar becanda atau komentar iseng, akan tetep bikin indeks kepercayaan diri si A berkurang. Kalian juga pasti punya target masing-masing, mungkin kalian pengennya bisa Bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai EYD (bertanya: katanya sebutan EYD bukan EYD lagi ya?) ya berlatihlah kalian dan aplikasikan di kehidupan sehari-hari. Kalo target kalian pengen jadi atlet salah satu cabang olahraga, tekun berlatihlah kalian. Kalo target kalian pengen jadi musisi, tekun berlatihlah kalian. Apapun itu targetnya.

Berlatihlah apa yang ingin kamu tekuni, jangan menghalangi orang untuk berkembang di bidang yang ia tekuni.

Bukankah akan cadas caur mantap bombastis fantastis banget kalo kita bisa berkembang bersama-sama pada berbagai macam pilihan masing-masing? Apalagi kalo nanti ujungnya bisa berguna bagi nusa, bangsa, agama, almamater, keluarga dan dunia.


Catatan: ga sepenuhnya berdasarkan pengalaman pribadi, ga ada maksud untuk pembelaan diri, ga bertujuan untuk menyindir individu/kelompok tertentu. Mohon kejernihan hatinya kalau baca ini sampe selesai. Kalo ada yang baca juga sih, hehe hehe.

Maksud foto: sembunyi dari orang-orang biar ga dikomentarin.

*bukan bertujuan untuk iklan

No comments:

Post a Comment

 
Copyright © 2010 Nihlah Chalidah., All rights reserved
Design by DZignine. Powered by Blogger